
"So we made this oath... Whoever died first would send the other a sign."
Tidak semua orang percaya hantu, makhluk metafisik yang tak kasat mata ini dianggap hanya sebatas imajinasi manusia dan tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Tapi, tidak barang tentu untuk seorang penganut agama atau segelintir paranormal yang yakin akan eksistensi dunia yang berseberangan dengan dunia nyata melalui tanda-tanda, komunikasi roh ataupun sekelibat penampakkan sosok misterius yang tiba-tiba muncul dibalik kegelapan. Saya rasa jika menilik hal tersebut memang akan membawa rasa ambigu dan menimbulkan tanda tanya perihal apakah makhluk yang biasa dianggap inkarnasi kematian manusia menuju hantu itu benar-benar ada, atau hanya akibat efek psikologis manusia semata.
Personal Shopper adalah film yang mengkaburkan batas antara realitas dan ilusi yang membuat kita bertanya apakah hantu itu nyata atau tidak. Maureen (Kristen Stewart) wanita yang bekerja sebagai asisten belanja pribadi seorang selebritis besar mencoba pergi ke Paris untuk mendatangi bekas rumah saudara kandungnya Lewis yang meninggal akibat serangan jantung. Dahulu Maureen dan Lewis sempat berjanji jika salah satu dari mereka meninggal, maka satu diantara mereka harus berusaha untuk mencoba membuat kontak dan komunikasi, menilik keyakinan besar saudaranya terhadap hal-hal bersifat spiritualitas dan percaya akan entitas roh kehidupan setelah mati. Namun, beberapa hari setelah Maureen mengunjungi bekas rumah saudaranya itu dan mendapatkan tanda-tanda gaib disana, ia terkejut dan heran oleh pesan misterius yang dikirim melalui chat handphone dari seseorang yang tidak diketahui siapa dan apa motifnya.

Oliver Assayas adalah sutradara yang saya kenal lebih dulu dengan salah satu karyanya "Clouds of Sils Maria" (2015). Kesamaan antara dua film besutannya ini bercerita tentang tokoh sampingan dalam kehidupan selebritis besar antara glamoritas dan popularitas yang bergesekkan dengan kehidupan psikologis dan juga permasalahan yang terjadi didalamnya. Dan kesamaan kedua, peran Kristen Stewart sebagai asisten khusus selebritis di kedua perannya tersebut. Film ini sebelumnya mendapatkan penilaian kontradiksi saat pertama kali ditayangkan di Cannes International Film Festival ketika para kritikus mencemooh film ini, meski separuhnya lagi memuji dengan sambutan hangat hingga akhirnya para juri resmi dari kompetisi tersebut memutuskan Assayas berhak memenangkan gelar sutradara terbaik tahun ini.
Sebetulnya film ini punya banyak hal menarik perihal garapan Assayas memiliki sentuhan mistis dan horror didalamnya. Saya suka tone film ini tampak begitu gelap, misterius dan dingin, namun terasa artistik dan indah melalui nuansa yang tampak berkilauan dari sisi pinggir pusat kemewahan dunia popularitas. Ciri khas Assayas masih terasa kental melalui tempo yang mengalun lambat dan tenang, hanya saja mengagumkan dalam permainan gerak gambar, scoring, hingga dentuman eksekusi suara yang seksama menciptakan aura mencekam dalam visualiasasi dan ketukan suara langkah sepatu Maureen ketika berkeliling sudut rumah tua tanpa penerangan dalam keheningan. Hingga membawa saya dalam rasa takut Maureen dalam pikiran cemas, gemetar dan terintimidasi oleh sesuatu yang mengintainya dibalik selimut kegelapan.

Saya sebetulnya sedikit mengerti apa yang sedang Assayas maksud dalam film ini dan juga alasan sebagian kritikus menilai buruk film ini. Personal Shopper bertujuan untuk memberikan skeptisme kepada publik tentang terror yang mengintai, membuat kebingungan serta mempertanyakan realitas sekental mungkin. Maureen sesungguhnya tokoh yang terbilang dalam misi mengungkapkan misteri selagi ia pun dilanda duka kesedihan akan kehilangan orang tersayangnya, selain mengenal Mauree yang serta mengalami krisis identitas, kehilangan tujuan dan terhinggap dalam depresi kesendirian. Menukil dalam psychological thriller film ini menghamparkan dilema juga delusi dalam hal yang setipis mungkin menipu penontonnya dalam balutan thrilling horror yang mind-blowing. Sehingga kita percaya apa yang kita lihat, kita rasakan dan kita dengar, dan semua itu distimulasi melalui insiden dan tragedi pembunuhan yang nyatanya menggoyahkan penontonnya soal teror hantu atau sesungguhnya pelaku manusia yang nyata. Dan problem tersebut berlanjut di akhir cerita yang menegaskan bahwa semua yang dialami Maureen seorang diri itu nyata atau delusi dalam ketakutan dirinya.

Tatkala mempertanyakan plot dan cerita yang membingungkan, saya jauh lebih terpikat oleh akting Kristen Stewart. Aura negatif dalam mimik wajah penuh derita dan pesimistis seolah hidupnya terenggut oleh kematian sang kakak, tapi keberanian untuk topless, pancaran kecantikkan dalam wajah kusut dan kusam namun indah, membuat saya terdorong untuk mengetahui lebih dalam latar belakang dan kepribadian kosongnya. Scene masturbasi adalah scene terbaik, hal yang sempat saya bayangkan semenit sebelum ia benar-benar siap berganti busana dengan memakai gaun mewah, mahal dan seksi pribadi milik boss-nya, rasa takut, gelisah sekaligus kenakalan yang ia buat seketika mengejutkan sekaligus menggoda bahwa tak terbayang hal yang baru semenit saya pikirkan ternyata benar-benar dia lakukan. Bukan berpikir mesum, tapi nyatanya refleksi psikis yang memang dipersentasikan dalam film dibentuk secara alami tanpa kepura-puraan, tanpa berpikir untuk mencoba bersimpati tapi secara keseluruhan mengerti jalan pikiran wanita ini tanpa harus membuat kita jadi sok tahu lebih dalam.
Well, mendalami kesimpulan atas cerita film ini saya condong percaya bahwa hantu dalam film ini betul-betul nyata dan ada. Tidak peduli Assayas membolak-balikkan pikiran saya soal ambiguitas dalam pikiran depresi dan delusi, karena beberapa point dalam film meyakinkan bahwa hantu dalam film ini memang eksis karena siapa yang menjatuhkan gelas dan siapa yang melintas melewati lift dan pintu geser otomatis tanpa terlihat mata, dan semua itu terjadi saat Maureen tidak hadir dan melihat disana. Tapi semua tergantung persepsi masing-masing, saat Hilma Af Klint, pelukis abstrak pertama di dunia yang memperkenalkan lukisan tak berbentuk, namun visualisasi tersebut nyata untuk dapat dilihat dan dirasakan sebagai seorang yang percaya akan energi spiritual dan hal gaib, meski semua tampak abu-abu jika memang Assayas mencoba memberi rasa keragu-raguan di akhir cerita, saya pikir tujuannya harus gagal karena delusi ataupun hantu, keduanya memang abstrak untuk dibicarakan.

| Director |
Olivier Assayas
| Writer |
Olivier Assayas
| Cast |
Kristen Stewart, Olivier Assayas, Lars Eidinger, Sigrid Bouaziz, Anders Danielsen Lie, Ty Olwin, Nora von Waldstätten
| Studio |
| Studio |
| Rating |
| Runtime |
105 minutes (1h 45min)
![]() |
![]() |
OFFICIAL RATING | PERSONAL SHOPPER (2017)
0 comments:
Post a Comment