
"Love isn't easy. That's why they call it love."
Sulit menghamparkan lelucon demi lelucon kala kita diajak berbicara tentang kesedihan. Boleh jadi film yang menceritakan soal penyakit mematikan, akan terasa overdramatic. The Big Sick memang terdengar seperti film yang hanya berisikan kesedihan dan duka air mata, tapi justru film ini adalah percikan kompleks dan emosional dalam mengikuti kisah perjalanan cinta komedian sekaligus aktor yang sering terlihat sebagai tokoh sidekick, Kumail Nanjiani bersama sang istri Emily diperankan Zoe Kazan harus menghadapi dilema kisah cinta saat mereka menghadapi perbedaan budaya, agama, dan ras diantara keluarga, hingga kemunculan penyakit yang diderita Emily semakin membuat hubungan mereka semakin terpisah jauh.
Kumail Najiani, mungkin bukan aktor komedian besar dan menarik, terlebih aktingnya yang hanya sedikit mencuri peran sebagai pegawai kantor pos, satpam sekolah, tukang kabel, ataupun tukang pijat mesum sekalipun. Sungguh dia aktor yang sangat tidak penting, tapi Michael Showalter "Hello, My Name is Doris" (2016) selaku sutradara mencoba menerangkan siapa aktor yang selalu muncul sebentar tapi seringkali mencuri atensi. The Big Sick mungkin menjadi film pertama Kumail menjadi karakter sentris sekaligus berakting sebagai dirinya sendiri. Ditulis oleh Kumail sendiri juga istrinya Emily V. Gordon, film ini ternyata tidak sesumbar soal hubungan cinta dan beberapa permasalahan menyangkut penyakit misterius yang menimpa Emily ataupun persinggungan yang terjadi antara keluarga mereka berdua, melainkan sebuah dilema isu yang konteksnya terasa tajam menyampaikan perbedaan kontras yang berseberangan diantara tabrakkan kultur yang ada.
Mungkin memang terkesan generik untuk mengungkapkan bagaimana hubungan cinta Kumail dan Emily ini berawal hingga akhirnya terjadi asmara cinta besar diantara mereka. Dari sebuah pertemuan tak sengaja saat Kumail manggung sebagai stand-up comedian, kemudian terdengar teriakan tiba-tiba Emily yang menyela lelucon Kumail dipertengahan. Hubungan yang bisa dibilang spontan tersebut menjadi timbal balik awal kisah yang tidak pernah diduga sebelumnya. Tapi, cukup mengesankan bahwa ini masih terasa kisah cinta yang manis, chemistry yang dibangun antara Kumail dan Kazan menghantarkan hubungan yang hangat dan kuat, apalagi saya seolah melihat sosok Emily versi asli pada Kazan, ceria dan energik, meski kadang sikap egosentris diantara keduanya menyebabkan konflik dari setumpuk masalah kebohongan dan ketidakterbukaan Kumail pada Emily. Lalu separuh cerita, diambil alih oleh ayah dan ibu Emily, Beth (Holly Hunter) dan (Ray Romano) pada saat Emily kemudian jatuh koma karena penyakitnya, namun disini pun terbantu karena tanpa diduga mereka berdua pun cukup asyik memadu gesekan keterikatan dengan Kumail, dari benci dan cinta, hingga turut melampiaskan isi hati, kesedihan, ketakutan, dan kegelisahan yang sama saat orang yang mereka cintai terbujur diam dalam koma berhari-hari menghadapi penyakit misterius dan berbahaya.
Dibalik itu juga saya sangat suka cara naskah buatan pasangan suami-istri ini memberikan sentuhan humor hingga mampu membaurkannya bersama emosi, bahkan stereotip terhadap ras dan agama pun disentil melalui keluarga Kumail yang notabene muslim mencoba mencerminkan umat tersebut dalam kebaikan, kelembutan dan juga selera humor yang bagus. Meski seorang Kumail sendiri bukan perspektif religius yang hebat, bahkan ia diterpa kebimbangan kepercayaan, sebagai seorang karakter dibalik wajah menjengkelkan dan flat-face-nya, meski ia melekat sebagai tokoh komikal, tapi naskah cerita juga mencerminkan siapa dirinya tanpa menutup Kumail menjadi orang lain, ia menjadi dirinya sendiri secara natural bahkan sikapnya realistis, care, luwes, sabar dan netral. Bahkan acapkali bercak air mata yang terpantul dari pipinya seolah ia sedang mengenang kembali masa-masa koma Emily yang pernah terbaring 5 tahun lalu. Dari sini pun cukup meyakinkan bahwa dari bingkaian foto masa kecil yang acapkali terpersentasikan melalui cerita, mencerminkan sedikit realita singkat kehidupan Kumail sesungguhnya, dari seorang komedian stand-up biasa, sopir uber, hingga masalah hubungan antara ibunya Sharmeen (Zenobia Shroff), ayahnya Azmat (Anupam Kher), dan saudaranya Naveed (Adeel Akhtar) akibat perbedaan prinsip antara kebebasan dirinya dan kultur keluarga.
Sulit menyebutkan kekurangan yang ada di The Big Sick, dan Amazon harus bersenang hati saat menggelontorkan dana $12 juta dolar untuk mendistribusikan film ini, setelah menjadi salah satu film dengan transaksi terbesar dalam sejarah Sundance Film Festival. Berangkat dari itu, film The Big Sick memang film melodrama yang menyentuh dan breathtaking, tapi satir komedi gelap yang setiap saat terlontar dari mulut para aktornya kadang membawa suasana hangat dan lucu, membuat semuanya melebur menjadi satu dengan emosi penonton. Funny and melancholic, semua pesan cinta dari Kumail dan Emily bagaimana mereka hidup dalam perbedaan, menyentil masalah keluarga, hingga isu ras dan agama yang kadang terdengar tajam seperti teriakan salah satu penonton, "Go back to ISIS." saat Kumail melontarkan lelucon komikanya, kemudian cara mereka melewati hari-hari paling menakutkan dan hopeless, diiringi gejolak emosi yang naik turun seolah inilah salah satu perjuangan nyata dari definisi cinta sesungguhnya. The Big Sick adalah tawaran rom-com luar biasa menarik untuk ditonton.
Kumail Najiani, mungkin bukan aktor komedian besar dan menarik, terlebih aktingnya yang hanya sedikit mencuri peran sebagai pegawai kantor pos, satpam sekolah, tukang kabel, ataupun tukang pijat mesum sekalipun. Sungguh dia aktor yang sangat tidak penting, tapi Michael Showalter "Hello, My Name is Doris" (2016) selaku sutradara mencoba menerangkan siapa aktor yang selalu muncul sebentar tapi seringkali mencuri atensi. The Big Sick mungkin menjadi film pertama Kumail menjadi karakter sentris sekaligus berakting sebagai dirinya sendiri. Ditulis oleh Kumail sendiri juga istrinya Emily V. Gordon, film ini ternyata tidak sesumbar soal hubungan cinta dan beberapa permasalahan menyangkut penyakit misterius yang menimpa Emily ataupun persinggungan yang terjadi antara keluarga mereka berdua, melainkan sebuah dilema isu yang konteksnya terasa tajam menyampaikan perbedaan kontras yang berseberangan diantara tabrakkan kultur yang ada.

Mungkin memang terkesan generik untuk mengungkapkan bagaimana hubungan cinta Kumail dan Emily ini berawal hingga akhirnya terjadi asmara cinta besar diantara mereka. Dari sebuah pertemuan tak sengaja saat Kumail manggung sebagai stand-up comedian, kemudian terdengar teriakan tiba-tiba Emily yang menyela lelucon Kumail dipertengahan. Hubungan yang bisa dibilang spontan tersebut menjadi timbal balik awal kisah yang tidak pernah diduga sebelumnya. Tapi, cukup mengesankan bahwa ini masih terasa kisah cinta yang manis, chemistry yang dibangun antara Kumail dan Kazan menghantarkan hubungan yang hangat dan kuat, apalagi saya seolah melihat sosok Emily versi asli pada Kazan, ceria dan energik, meski kadang sikap egosentris diantara keduanya menyebabkan konflik dari setumpuk masalah kebohongan dan ketidakterbukaan Kumail pada Emily. Lalu separuh cerita, diambil alih oleh ayah dan ibu Emily, Beth (Holly Hunter) dan (Ray Romano) pada saat Emily kemudian jatuh koma karena penyakitnya, namun disini pun terbantu karena tanpa diduga mereka berdua pun cukup asyik memadu gesekan keterikatan dengan Kumail, dari benci dan cinta, hingga turut melampiaskan isi hati, kesedihan, ketakutan, dan kegelisahan yang sama saat orang yang mereka cintai terbujur diam dalam koma berhari-hari menghadapi penyakit misterius dan berbahaya.


Dibalik itu juga saya sangat suka cara naskah buatan pasangan suami-istri ini memberikan sentuhan humor hingga mampu membaurkannya bersama emosi, bahkan stereotip terhadap ras dan agama pun disentil melalui keluarga Kumail yang notabene muslim mencoba mencerminkan umat tersebut dalam kebaikan, kelembutan dan juga selera humor yang bagus. Meski seorang Kumail sendiri bukan perspektif religius yang hebat, bahkan ia diterpa kebimbangan kepercayaan, sebagai seorang karakter dibalik wajah menjengkelkan dan flat-face-nya, meski ia melekat sebagai tokoh komikal, tapi naskah cerita juga mencerminkan siapa dirinya tanpa menutup Kumail menjadi orang lain, ia menjadi dirinya sendiri secara natural bahkan sikapnya realistis, care, luwes, sabar dan netral. Bahkan acapkali bercak air mata yang terpantul dari pipinya seolah ia sedang mengenang kembali masa-masa koma Emily yang pernah terbaring 5 tahun lalu. Dari sini pun cukup meyakinkan bahwa dari bingkaian foto masa kecil yang acapkali terpersentasikan melalui cerita, mencerminkan sedikit realita singkat kehidupan Kumail sesungguhnya, dari seorang komedian stand-up biasa, sopir uber, hingga masalah hubungan antara ibunya Sharmeen (Zenobia Shroff), ayahnya Azmat (Anupam Kher), dan saudaranya Naveed (Adeel Akhtar) akibat perbedaan prinsip antara kebebasan dirinya dan kultur keluarga.

Sulit menyebutkan kekurangan yang ada di The Big Sick, dan Amazon harus bersenang hati saat menggelontorkan dana $12 juta dolar untuk mendistribusikan film ini, setelah menjadi salah satu film dengan transaksi terbesar dalam sejarah Sundance Film Festival. Berangkat dari itu, film The Big Sick memang film melodrama yang menyentuh dan breathtaking, tapi satir komedi gelap yang setiap saat terlontar dari mulut para aktornya kadang membawa suasana hangat dan lucu, membuat semuanya melebur menjadi satu dengan emosi penonton. Funny and melancholic, semua pesan cinta dari Kumail dan Emily bagaimana mereka hidup dalam perbedaan, menyentil masalah keluarga, hingga isu ras dan agama yang kadang terdengar tajam seperti teriakan salah satu penonton, "Go back to ISIS." saat Kumail melontarkan lelucon komikanya, kemudian cara mereka melewati hari-hari paling menakutkan dan hopeless, diiringi gejolak emosi yang naik turun seolah inilah salah satu perjuangan nyata dari definisi cinta sesungguhnya. The Big Sick adalah tawaran rom-com luar biasa menarik untuk ditonton.

| Director |
Michael Showalter
| Writer |
Emily V. Gordon, Kumail Nanjiani
| Cast |
Kumail Nanjiani, Zoe Kazan, Holly Hunter, Ray Romano, Anupam Kher, Zenobia Shroff, Adeel Akhtar
| Studio |
| Studio |
| Rating |
R (for language including some sexual references)
| Runtime |
120 minutes (2h)
![]() |
![]() |
OFFICIAL RATING | THE BIG SICK (2017)
0 comments:
Post a Comment