Battle Royale (2000) Movie Review - LEMONVIE

Battle Royale (2000) Movie Review

, , No Comments
🙶 Life is a game. So fight for survival and see if you're worth it.🙷

Bertahan hidup seperti salah satu permainan "The Hunger Games", membunuh atau dibunuh, dalam film berjudul Battle Royale ini tampak mereka hanya remaja sekolah biasa dan tak berdosa. Saat kita mempertanyakan kemana batas moral ketika masa depan mereka harus diperlakukan sekejam ini. Tidak, semenjak narator menjelaskan situasi Jepang yang sudah bobrok soal isu etika dan moral para murid yang memboikot sekolahnya dan melakukan pemberontakkan lewat kekerasan baik kepada guru dan orang tua, ini murni sebuah distopia. Proyeksi kemunduran dan cacat pendidikan di negara Jepang yang terkenal disiplin, kemudian berubah menjadi sungai darah yang mengerikan. Saya hanya tak melihat solusi yang lebih baik ketimbang memilih pembunuhan berdarah semacam ini apalagi dilakukan oleh pemerintah itu sendiri. Tapi, memang melihat latar belakang film ini terasa kurang detil, menyampaikan situasi hanya lewat narasi, yang berarti kita menimbang-nimbang sendiri kenapa instrumen Battle Royale ini dipakai.


Belakangan Battle Royale sempat mendapat larangan dari pihak pemerintahan Jepang saat film ini akan dirilis baik versi film maupun novelnya. Terlibat film ini sangat kontroversial karena melibatkan penghakiman orang tua kepada anak-anak mereka. Tapi, rasanya film ini tetap mampu diedarkan ke khalayak masyarakat dan mereka berbondong-bondong masuk ke bioskop untuk menonton penayangan film ini. Cerita Battle Royale dilatar belakangi satu kelas murid kelas 9 di sebuah sekolah, yang terdiri dari 40 murid yang ikut sebuah wisata liburan. Namun wisata tersebut hanya kedok agar mereka dijebak dan ditawan ke sebuah pulau kecil tak berpenghuni, salah seorang yang mereka kenal sebagai mantan wali kelas mereka Kitano (Takeshi Kitano) menampakkan diri dan mengaku bahwa dia yang membawa semua mantan muridnya ke program revolusioner Battle Royale, permainan yang mengizinkan semua murid untuk saling bunuh selama tiga hari, hingga menyisakan satu orang yang bertahan hidup.



Film ini akan memperkenalkan kita dengan Shuya Nanahara (Tatsuya Fujiwara) dan Noriko Nakagawa (Aki Maeda) sebagai fokus utama, diselingi perkembangan karakter lainnya. Film yang bahkan menjadi salah satu favorit sutradara berkelas Quentin Tarantino ini, memang menyajikan dinamika sosial yang bekerja secara dinamis, kita tidak akan menemukan keseluruhan karakter menyerupai karakter lainnya. Mereka punya pola sendiri-sendiri dalam menyikapi Battle Royale, ada yang memang tampak putus asa, depresi, dan menjadi gila, tapi ada juga yang menyikapinya dengan santai bahkan berusaha untuk tidak terjebak dalam dilema keputusasaan dalam game tersebut, hingga terasa relevan melihat beberapa dari mereka membentuk koalisi mereka sendiri agar terlindung dari ancaman dan lainnya bertahan hidup secara individual. Dan dua orang yang paling menyita perhatian, Shogo Kawada (Taro Yamamoto) dengan bandana dan gaya nyentriknya, dan Kazuo Kiriyama (Masanobu Ando) tampang preman cool dan creepy mirip berandalan di film "Crows Zero", keduanya dianggap sebagai penyeimbang permainan.

Kegilaan di film ini seolah menunjukkan sifat asli manusia, entah beberapa gadis mencoba bertahan hidup selain harus berusaha menjaga diri mereka dari santapan nafsu laki-laki, juga latar belakang sadistik salah satu karakter wanita sosiopat yang sepertinya tidak terlalu memikirkan nyawa yang lainnya. Dan juga beberapa kelompok cerdas dan NERD yang berusaha mencari jalan keluar dengan cara mereka sendiri. Banyak hal yang saya temukan terlibat banyaknya adegan brutal dan berdarah terjadi di film ini, tapi Kinji Fukasaku selaku sutradara terampil mengemas novel Koushun Takami, dibantu penulis naskahnya Kenta Fukasaku dengan sangat baik. Egoisme, kepercayaan, dan loyalitas sepertinya jadi segmen utama dalam film ini, terutama beberapa kali mentengahkan kisah percintaan remaja yang tidak sedikit aksi mengorbankan nyawa mereka didepan kekasihnya. Konyol? Tidak juga, justru ini tampak relatable mengingat mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan dalam satu kelas yang sama.


Kekurangan film ini hanya bermasalah pada akting para cast-nya, meski tampak berusaha tampil totalitas, tapi beberapa kali tersangkut masalah gestur dan mimik yang kurang meyakinkan dan kaku, entah apa karena faktor usia mereka yang masih hijau untuk berakting atau karena kesulitan menyaring aktor dan artis yang lebih baik, karena lebih dari 800 aktor dan artis mengikuti audisi untuk bermain sebagai murid yang berjumlah 40 orang. Lebih dari itu Battle Royale sangat luar biasa, jauh lebih baik dibandingkan "The Hunger Games" yang terlalu fokus pada masalah politik dan lemah dalam sekuens aksinya. Bahkan bisa dibilang ini kesekian kalinya setelah beberapa tahun saya kembali menonton film ini untuk menonton versi director's cut-nya, dan ternyata efek kenikmatannya masih terasa segar untuk ditonton kembali.



| Director |
Kinji Fukasaku
| Writer |
Kenta Fukasaku
| Cast |
Tatsuya Fujiwara, Aki Maeda, Taro Yamamoto, Masanobu Ando,Chiaki Kuriyama, Takeshi Kitano
| Studio |
Anchor Bay Entertainment
| Rating |
NR
| Runtime |
114 minutes (1h 54min)



OFFICIAL RATING | BATTLE ROYALE (2000)
Rating Film IMDB

Rating Film Rottentomatoes

0 comments:

Post a Comment