
Dalam artikel kali ini saya tak berniat membuat review film, melainkan hanya sekedar mencurahkan sedikit isi hati saya soal beberapa keluhan yang terlihat beberapa tahun, bulan, dan hari belakangan terkait masih sehubungan dengan film. Terlepas dari aksi nimbrung saya bersama teman-teman untuk pergi ke bioskop untuk menonton, ada satu hal mengganjal perihal (oknum) orang tua yang seringkali mengajak anak-anak mereka menonton film yang tak sesuai dengan umur mereka. Entah dengan pede-nya mereka mengajak buah hati untuk menonton film horror, atau mungkin film action macam Fast Furious, berekspetasi film ini sangat keren sebagai hiburan yang machoisme. Ya, buat orang tua memang sebagai hiburan pencuci mata, tapi bagi anak-anak? Karena otak mereka masih dalam tahap mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk diserap melalui kelima indera mereka terutama "visual" ke "mata", saya rasa Orang tua harus lebih bijaksa dan sedikitnya pintar memilih tontonan yang layak bersama buah hati. Saya memang bukan kak Seto atau bukan ahli di bidang pendidikan anak, maklum karena saya sendiri belum berkeluarga dan sudah dipastikan juga belum memiliki anak. Tapi, film baik buatan lokal maupun luar negeri, saya rasa carilah referensi dulu terkait materi promosi yang akan disampaikan film, terutama masalah "RATING", dan salah satu asosiasi swasta di Amerika Serikat bernama MPAA (Motion Picture Association of America) sudah melakukan tugas untuk membatasi dan mengkategorikan film sesuai umur yang berlaku.
![]() |
Aduh dek... Bajunya bagus banget deh, kalau gede pasti cakep banget. :D |
Dan hal ini juga mendasari teknik perfilman luar yang kesannya liberal terkait ide mereka yang kadang sangat liar dan imajinatif. Dan jangan sampai tertipu hanya karena film tersebut dilabeli animasi kartun maka film itu tidak berbahaya dan aman dikonsumsi anak-anak. "ITU SALAH BESAR!" Sausage Party salah satu contoh materi film berbahaya yang sangat tidak pantas ditonton anak-anak lantaran membawa konten seksual, LGBT, rasisme dan brutalisme hingga narkoba dan rokok secara eksplisit. Hingga salah satu mirisnya informasi dan referensi film, pernah keponakan saya yang masih berumur 11 bulan, karena salah satu film Dreamworks, The Baby Boss menceritakan kisah lucu bayi yang lagaknya seperti boss kantoran sudah dirilis, mencoba memberi tontonan animasi yang sekelibat menarik dan aman. Sayangnya film ini dikategorikan komedi sarkas dan agak kasar jika ditonton untuk anak-anak, juga cara bersikap oleh para karakter dalam film ini tidak mencontohkan nilai-nilai edukatif yang arif ditiru anak kecil dibawah 10 tahun.
Maka dari itu, anak-anak memang sesuatu yang paling berharga (bahkan hadiah terindah) buat orang tua, maka jaga dan didik anak dari tontonan yang kurang etis untuk ditonton. Materi apapun pasti ada saja lontaran ide yang saya rasa kurang pantas terlepas apakah sutradara, studio, maupun penulis naskah bertanggung jawab atas hal ini. Sesungguhnya jangan pernah memandang film sebagai sarana hiburan semata, baik film action, animasi kartun, drama, atau komedi. Masalah moral dan etika yang sering dilakukan dalam film juga mempengaruhi psikis dan perilaku sehari-hari anak-anak. Hingga satu lagi film yang baru saya tonton, Transformers: The Last Knight, film yang tampak childish dalam bercerita, sayang sejak dulu eksploitasi konten sensual wanita yang sudah sering terlihat dari Megan Fox, Rosie Hunthington Whiteley, hingga yang terakhir membuat saya miris, Isabela Moner, gadis belasan tahun yang sudah menjual sedikit aset berharganya di depan kamera. Daripada itu, semua tergantung dari orang tua, masalah tontonan, cerita, hingga konten yang terdapat dalam film, sebagai orang tua kita (termasuk saya) harus cermat dan bimbing anak kita sebaik mungkin agar kita tidak salah mendidik anak, karena tontonan film, acara tv, dll semua akan mempengaruhi psikologis anak terutama cara berpikir dan pola hidup mereka tergantung apa yang mereka serap didalamnya. Saya selaku reviewer film amatir juga berharap kedepannya bisa membangun eksistensi film berkualitas dan mendasari ideologi cerdas dalam memilih film berkualitas dan mendidik terutama bagi anak-anak dan masa depan mereka. It's just my opinion....
0 comments:
Post a Comment