LEMONVIE: 2004
Showing posts with label 2004. Show all posts
Showing posts with label 2004. Show all posts
Bridget Jones: The Edge of Reason (2004)
"I truly believe that happiness is possible... even when you're thirty-three and have a bottom the size of two bowling balls."

REVIEW:

Seperti ingin mengusung kembali kesuksesan film pertamanya Bridget Jones's Diary, 3 Tahun kemudian kisah rom-com wanita 'single' alias 'jomblo' alias 'jones' bernama Bridget Jones ini kembali dilanjutkan. Tentunya, tetap mengikuti kisah novel dari penulis Helen Fieldeng, yang berjudul Bridget Jones: The Edge of Reason. Dengan menggaet sutradara yang lebih segar, Beeban Kidron (Antonia & Jane, To Wong Foo, Thanks for Everything! Julie Newmar) tentu saja penggemar tetap mengharapkan sesuatu yang tetap semenarik dan selucu film pertamanya. Well, dengan tetap menggunakan sutradara wanita, demi memberikan esensi lebih dalam dari karakter seorang wanita. Sekuel Bridget Jones ini mengalami sedikit perubahan baik kisah maupun kualitasnya sendiri, meski perubahan tersebut tidak mendekat pada hal yang positif.

Hal yang betul-betul terasa adalah perubahan hidup sang karakter utama, Bridget Jones (Renée Zellweger) yang sekarang telah menemui pasangan hidupnya, tentu saja si pengacara sukses Mark Darcy (Colin Firth). Terpancar kebahagiaan yang dirasakan Bridget ketika ia benar-benar merasakan cinta dan obsesinya pada Mark. Apalagi Mark adalah kriteria pilihannya selama ini, tidak merokok, bukan alkoholik, tampan, sukses, setia dan tidak cabul. Dengan turunnya berat badan, bahkan dengan pekerjaan baru Bridget sebagai reporter acara tv, semakin meyakinkan perubahan besar jalan hidupnya saat ini. Tapi, tidak ada yang namanya kehidupan sempurna dan penuh kebahagiaan. Ketika kerikil-kerikil hubungan antara Bridget dan Mark pun akhirnya mengalami masalah seperti ketidaksamaan visi dan misi keduanya, ditambah kehadiran sekretaris cantik Rebecca (Jacinda Barrett) yang membuat Bridget curiga bahwa Mark diam-diam telah berselingkuh. Bahkan saat sang pria yang telah menyakiti hatinya, Daniel Cleaver (Hugh Grant) yang juga bekerja sebagai reporter tv, kembali mendekati dan mencoba memperbaiki hubungannya dengan Bridget, yang merasa bersalah atas masa lalu dan mengakui kini ia telah berubah.

Saya sungguh sangat kecewa dengan sutradara Beeban Kidron yang sepertinya gagal memahami dan mengenal baik-baik karakter yang ada pada film ini, terutama karakter Bridget Jones sendiri. Saya seperti kehilangan karakter loveable yang ada di diri Renée Zellweger yang sebetulnya aktingnya tetap konsisten dan konyol, tapi Kidron menghilangkan rasa cinta saya juga para penggemar film ini. Sejak awal kehadiran Bridget, Kidron seperti tak tahu cara membuat tokoh Bridget yang 'Memalukan', menjadi 'Dipermalukan'. Kehadiran begitu banyak slapstick bodoh membuat saya merasa, sejak awal hingga akhir Kidron yang berusaha menggambarkan karakter Bridget yang absurd, unlucky dan embarrasing justru menjadi tokoh yang betul-betul over humble. Membuat apa yang Sharon Maguire perlakukan pada Bridget Jones di film pertamanya masih termaafkan dan tepat sasaran.

Kemudian konflik yang dihadirkan pada Bridget dan Mark terasa corny, ada konflik-konflik yang terasa gagal di eksekusi. Ada ketidakjelasan dan ambiguitas yang membuat penonton merasa kurang paham dan kurang melekat pada masalah yang timbul. Dan juga ada jejak-jejak film pertamanya yang justru terasa seperti mengulang-ulang lagi adegan yang ada di prequelnya. Saat kembali menempelkan Hugh Grant sebagai pria brengsek, seolah hubungan mereka bertiga kembali ke titik awal, tanpa adanya sentuhan yang baru yang lebih berwarna dari hubungan mereka bertiga. Apalagi adegan Hugh dan Colin yang kembali berkelahi terlihat konyol dan muluk, membuat konflik romantisme mereka jatuh pada cerita klise dan mediocre .

Well, sudah sewajarnya Bridget Jones: The Edge of Reason sebagai film yang amat mudah dilupakan dan kesuksesan film pertamanya tidak bisa menjamin keberhasilan yang sama. Ditengarai penyakit utamanya adalah ketidakmampuan sutradara barunya Beeban Kidron, menampilkan kesan komedi seksi dan witty Bridget Jones, menjadi setumpuk pembullian tokoh yang dipenuhi dengan slapstick bodoh yang berlebihan. Ditambah kisah komedi percintaan yang tidak tepat sasaran dan terkesan corny, menyebabkan tumpulnya sisi romantisme yang diangkat dari hubungan Bridget dan Mark beserta dilema hidupnya. Satu-satunya yang saya anggap baru hanyalah pemandangan dan sinematis Kidron yang lebih luas dan lebih menjangkau keindahan mata, dibalik wajah cantik dan tubuh montok Bridget, apalagi arena permainannya tidak hanya di kota London, melainkan  merambah ke negara Thailand. 🎬

🎥 Director | Beeban Kidron
🎥 Writer | Andrew Davies, Richard Curtis, Adam Brooks
🎥 Cast | Renée Zellweger, Colin Firth, Hugh Grant
🎥 Studio | Miramax Films
🎥 Rating | R (for language and some sexual content)
🎥 Runtime | 107 minute (1h 48m)

Bridget Jones: The Edge of Reason (2004)
POSTER | Bridget Jones: The Edge of Reason (2004)
SCORE 40 | Bridget Jones: The Edge of Reason (2004)

--------- [WHAT THE FACT!] ---------
Dalam adegan perkelahian Hugh Grant dan Colin Firth di Oprah tidak diawali dengan koreografer.
-------------------

OFFICIAL RATING | BRIDGET JONES: THE EDGE OF REASON (2004)
Rating Film IMDB

Rating Film Rottentomatoes
100 Film Terbaik Tahun 2000-2010 | LEMONVIE (part.1)

Begitu banyak film yang pernah saya tonton dan banyak juga yang sebenarnya ingin saya bahas. Tapi, berhubung waktu yang tak bersahabat dan juga dunia film yag selalu up to date, saya pikir terlalu mustahil mengulasnya ulang satu-persatu. Jadi, artikel ini bertujuan untuk meringkas secara padat dan tepat film yang menurut Saya best of the best yang pernah rilis dari tahun 2000-2010. So, disini saya akan mengulasnya sebanyak 100 film. Dan untuk film-film yang terdiri dari sequel-prequel, trilogy, atau yang ber-part2, akan saya anggap menjadi satu film. Dan juga artikel ini tidak saya buat secara berurutan dari yang baik ke terbaik (1-100). Jadi, sistemnya berdasarkan rating yang tertera. Oke langsung saja kita mulai dari nomor seratus, check this below!

100. Transformers (2007)

100. Transformers
"Why are we fighting to save the humans? They're a primitive and violent race."
Dimulai dari film karya Michael Bay yang satu ini. Mungkin nama Michael Bay sudah santer terdengar dengan karyanya yang cuman menjual efek CGI gila-gilaan tapi minim kualitas. Diikuti ketiga installment-nya, Revenge of Fallen, Dark of the Moon, dan satu lagi Age of Extinction yang cuma beda tokoh utama. Dan semuanya berhasil sukses di tangga box office tapi gagal dipuji kritikus. Tapi, ketimbang melihat sesuatu secara subjektif, mungkin saya lebih berpikir bahwa ada satu bagian terbaik yang pernah Bay buat yaitu first Transformers. Ada sesuatu yang berbeda dari yang satu ini adalah visual efek di film ini rasanya tak pernah bisa dilupakan dan benar-benar bekerja maksimal. Saya sanksi bahwa setiap scene pertempuran di film ini bikin mata saya meledak-ledak dan emosional. Bahkan klimaks pertempuran film ini terasa sangat epik dan bikin saya mengulang lagi dan terus mengulang lagi film ini tanpa rasa bosan. Dan itu semua berhasil menutupi jeleknya naskah cerita dan dialog-dialog over Shia Labeouf yang ga penting.🎬

99. Memoirs of Geisha (2005)

99. Memoirs of Geisha
"The heart dies a slow death. Shedding each hope like leaves, until one day there are none. No hopes. Nothing remains."
Mungkin cuman film ini yang sanggup menggambarkan betapa indah dan elegannya kultur budaya negara jepang dan pedihnya kehidupan seorang geisha. Selaku sutradara, Rob Marshall berhasil memboyong tiga oscar sekaligus cukup menggambarkan betapa berkelasnya film ini dimata dunia. Yaps, sinematografi dan nuansa indah film ini telah membangkitkan perjuangan seorang geisha dari cerita gadis kecil kesepian hingga tumbuh menjadi wanita dewasa terhormat, menimbulkan sebuah rasa iba, kesedihan, kesepian, pahit-manis dan kegalauan kehidupan cintanya. Dan itu semua berkat akting para pemerannya yang sukses mengantarkan arti seni sebuah film. 🎬

98. 300 (2006)

98. 300
"This is Sparta!"
Rasanya tidak afdol jika tidak memasukkan film yang memiliki teriakkan fenomenal dari Gerard Butler, "This is Spartannnn!!!", karya Zack Synder ini dalam satu barisan film terbaik. Meskipun film ini benar-benar mengumbar keseksian otot-otot para lelaki. Tapi, film ini punya daya tarik dari setiap moment yang berhasil diciptakan secara menawan dan juga gerakan slow motion yang terasa artistik. Walau memang perjuangan dari 300 orang spartan ini melawan ratusan ribu tentara kedengarannya terlalu over dramatic and absurd. Tapi, mungkin saat menontonnya secara langsung kita akan terbawa suasana over dramatic dan absurd ini ketingkat aksi spektakuler, powerful, tensi tinggi, dan juga horor. 🎥

97. Inglourious Basterds (2009)

97. Inglourious Basterds
"Oooh, that's a bingo! Is that the way you say it? "That's a bingo?""
Kalau ditanya soal film kerok dan banyak bacotnya, sudah pasti nama Quentin Tarantino ada dibarisan pertama orang yang namanya selalu ditunggu-tunggu karya stres apalagi yang akan dibuatnya. Mengambil setting perang nazi dan para nazi hunter gila yang sama sadisnya dengan Adolf Hitler. Walau film ini cuman naskah asal-asalan Quentin yang tak ada sangkut pautnya dengan true story of world war, pastinya film yang penuh dengan orang-orang sadis, stres, gila, abnormal, dan tak berperikemanusiaan ini tetap sebuah hiburan berkelas tinggi. 🎬

96. Hachi: A Dog's Tale (2009)

96. Hachi: A Dog's Tale
"Look, you don't have to wait anymore. He's not coming back."
Film Hachiko mungkin bukanlah film besar dan fenomenal. Tapi, film ini punya impact luar biasa ketika Lasse Hallström mampu memberi nuansa yang hangat dan renyuhan hati bagaimana sebuah kesetiaan seekor anjing bisa memberi dampak emosional yang terasa kuat dan menjanjikan bisa bikin banjir air mata (Dan jujur saya tak sanggup lagi menonton film ini untuk kedua kalinya, sedih banget bro apalagi dentingan piano film ini, tambah jadi sedihnya... 😭). Ya, memberikan sebuah fakta bahwa kesetiaan seekor anjing bisa lebih besar ketimbang kesetiaan manusia itu sendiri. Sebuah film drama keluarga sederhana yang berhasil menjadi one best of the tears movie ever.

95. Harry Potter (2001-2011)

95. Harry Potter
"Wingardium Leviosa..."
Mungkin di dunia ini tak ada yang tak kenal sosok Harry Potter karya J.K. Rowling. Sebuah fakta umum bahwa film ini telah menjadi sebuah cult movies dengan ribuan bahkan jutaan fans yang tersebar di seluruh dunia. Mungkin tak perlu mengatakan apa-apa soal film ini karena buat yang sudah nonton film ini pasti jelas sudah mengenal betul detil film ini luar dan dalam tanpa dijelaskan. Dan juga kualitas cerita kedelapan seri film ini tak pernah sedikitpun tergoyahkan dan tak pernah masuk dalam kategori jelek meski posisi sutradara sendiri sering dirombak secara berkala. Ya, sebuah fenomena film yang tak pernah bisa dilupakan, memorable character, dan magis.

94. Slumdog Millionaire (2008)

94. Slumdog Millionaire
"Money and women. The reasons for make most mistakes in life. Looks like you've mixed up both."
Fenomena acara televisi "Who Ones to be a Millionaire" saat itu memang sedang digandrungi oleh setiap kalangan masyarakat baik pria, wanita, anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua diseluruh dunia.Ya, hal tersebut karena kuis yang ditampilkan memang terasa dramatis, menegangkan, seru, begitu panas, dan menjawab setiap pertanyaan dengan 15 soal pilihan ganda itu menjadi sesuatu yang sangat sulit bahkan oleh orang pintar sekalipun. Ya, itupun setara dengan hadiah uang yang didapat oleh peserta. Dan fenomena ini berhasil dimanfaatkan oleh Danny Boyle selaku sutradara. Dengan setting negara India sebagai upaya mengatakan bahwa di belahan dunia manapun kuis ini sedang digandrungi. Danny telah membawa semua pengaruh kuat acara tersebut kedalam filmnya yang jauh lebih menegangkan, dramatis, emosional, dan penuh intrik. Semua dipersentasikan dengan sinematografi sangat rapi dan beutiful performance acting.

93. The Mist (2008)

93. The Mist
"They're... they're dead. For what?"
Akan ada dua kubu penonton yang berbeda pendapat tentang klimaks cerita film ini. Kubu pertama mengatakan ending film ini berkelas dan sangat tak terduga, tapi kubu kedua mengatakan bahwa ending film ini buruk dan dummy. Dan saya adalah orang yang berada di kubu pertama, bahwa saya menyaksikan sebuah twist yang benar-benar WTF! Tapi, mengabaikan ending yang memang bedebah, cerita horor dari penulis terkenal Stephen King dan sutradara Frank Darabont ini memang penuh kengerian. Ya, kisah horor kabut yang tiba-tiba menyerang kota ini memang penuh dengan teror misteri yang benar-benar mengganggu psikologis tidak hanya menyerang dibagian luar tapi juga menyerang di bagian dalam.

92. Dannie Darko (2001)

92. Donnie Darko
"Why are you wearing that stupid bunny suit?"
Aneh dan creepy, inilah dua hal yang saya rasakan ketika pesona pertama young Jake Gyllenhaal muncul disini. Ya, dia adalah orang yang benar-benar aneh tapi punya pesona menarik yang mampu me-leading film ini. Film bertema time travel ini memang benar-benar punya atmosfer misteri yang menusuk. Sutradara debutan Richard Kelly sudah berhasil memberikan sebuah twisted dan time spiral yang membingungkan tapi tetap krispy. Sebuah sajian film misteri yang benar-benar membuat otak membludak, mengganggu, aneh, tapi betul-betul bikin penasaran.

91. Taken (2009)

91. Taken
"I will look for you, I will find you, and I will kill you."
Bukan pesona Liam Neeson atau alur cerita atau antagonis yang ada di film ini yang membuatnya menjadi hebat. Tapi, tensi film ini yang terus-terusan bergejolak bagaikan piston jantung yang digenjot tanpa habisnya. Ya, sangat dramatis sekali bagaimana seorang ayah mencoba menyelamatkan anaknya yang hampir dijadikan pelacur. Bahkan semua tindakan Bryan Mills ini benar-benar buat saya emosi dan girang melihat betapa geramnya melihat para penjahat ini dibunuh satu-persatu. Dan endingnya ini, Wow! Dramatis dan sangat bagus. Walau sekuel-sekuel selanjutnya malah buruk dan memprihatinkan. Well, ini salah satu film action terbaik saat itu.

to be continued... 😃
The Aviator (2004)

SINOPSIS : 

Howard Hughes (Leonardo DiCaprio) adalah seorang pengusaha sukses asal Texas. Dia adalah sutradara film—film epik besar pertama sejak jaman film bersuara, Hell’s Angels yang sempat mencetak film termahal dunia, dan film western pamer payudara, The Outlaw. Dia juga merupakan produser film—yang paling terkenal adalah Scarface versi asli tahun 1932 dengan sutradara Howard Hawks. Dan, kecintaannya terhadap penerbangan membuatnya dirinya bangga dijuluki Sang Penerbang. Film ini adalah mengenai karirnya yang penuh pertaruhan besar dalam perfilman maupun industri pesawat, kisah cintanya yang penuh petualangan, dan penyakit yang dideritanya.